BUNDESLIGA JERMAN

Di Tangan Pelatih "Rockstar" Ini,   Ausburg Menjauh dari Zona Degradasi

Olahraga | Selasa, 25 Februari 2020 - 00:40 WIB

Di Tangan Pelatih "Rockstar" Ini,   Ausburg Menjauh dari Zona Degradasi
Salah satu gaya Martin Schmidt saat memberikan intruksi kepada pemainnya dalam pertandingan di Bundesliga Jerman. (AFP/DAILY MAIL)

MELIHAT sosok Martin Schmidt, banyak orang yang mungkin agak meragukan bahwa ia adalah seorang pelatih sepakbola. Dari tampangnya yang gahar dan rambut gondrongnya, ia memang lebih mirip seorang rockstar ketimbang menjadi seorang pelatih.

Namun jangan salah, sosok 53 tahun ini merupakan seorang pelatih profesional. Ia kini menjadi juru taktik dari klub Bundesliga, FC Augsburg. Ia sebenarnya baru kurang dari dua tahun menangani Die Fuggerstaedter. Ia menggantikan Manuel Baum setelah pelatih asal Jerman itu membuat Augsburg  meluncur ke dekat jurang degradasi.


Namun pelatih asal Swiss itu berhasil membuat keajaiban di Augsburg. Ia menyelamatkan timnya dari zona degradasi, dan ia berhasil membuat timnya kini bertengger di peringkat 11 klasemen Bundesliga.

Dilahirkan di Naters, Swiss, pada tanggal 12 April 1967, Schmidt mengambil langkah sepakbola pertamanya dengan bermain untuk klub lokal FC Naters pada tahun 1976.

Ia terus bermain untuk klub bahkan hingga ke divisi bawah sampai tahun 1998, tetapi kelangsungan penampilannya dengan kejam terbatasi oleh tidak kurang dari tujuh cedera ligamen lutut yang berbeda. Ia pensiun dari dunia sepakbola pada tahun 2001 setelah tiga tahun membela FC Raron.

Schmidt dikenal sebagai penganut formasi "4-4-2 double six" yang berarti mengandalkan dua gelandang inti untuk mengambil posisi tepat di belakang tiga gelandang serang sehingga lebih menyerupai formasi 4-2-3-1.

Dua pemain tersebut dituntut memiliki kecerdasan yang tinggi dan kemampuan membaca permainan. Salah satu dari mereka lebih berorientasi menyerang, sering tidak terjaga di lini tengah dan dengan demikian dapat dengan leluasa mengendalikan tempo permainan demi mengamankan ruang belakang di belakang nomor 10 jika timnya menguasai bola. Dan satunya lagi bertanggung jawab dalam porsi bertahan.

Idealnya, keduanya bertukar peran dalam sistem sehingga pergerakan mereka sulit untuk diprediksi. Dalam pertahanan, mereka dapat dengan mudah membentuk segitiga dengan dua bek tengah dan demikian mampu menekan pemain lawan yang memiliki bola dengan sangat efektif. Itulah yang menjadi kunci utama kesuksesan Augsburg untuk dapat minimal bersaing di papan tengah dalam kompetisi yang paling kompetitif di Eropa saat ini.

Sementara Schmidt mengharumkan namanya dalam dunia sepakbola sebagai pelatih muda berbakat yang cukup berlawanan dengan ketika sebagai pemain, ia talenta ternyata yang memiliki banyak keahlian di luar bidang permainan.

Schmidt seorang mekanik terlatih, ia mengelola sebuah bengkel mobil di garasi rumahnya yang sukses selama empat belas tahun. Dan --jika itu tidak cukup-- sampai saat ini ia juga masih terlibat dalam menjalankan sebuah perusahaan tekstil dengan tiga saudara perempuannya. Yang menarik, dia pernah menjajal keahliannya di bidang ski. Sebagai anak muda, Schmidt mendapatkan uang sakunya dari merawat sapi dan domba keluarganya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook